<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d29125597\x26blogName\x3dHolistic+view+to+Equilibrium+state\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://carokann.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://carokann.blogspot.com/\x26vt\x3d-2369228846023373281', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Lelaki berpayung ungu


Ada kisah seorang lelaki yang tidak suka memakai payung. Kenapa? alasannya sederhana saja "aku suka hujan!, ...aku suka hujan sewaktu pertama kali bulir-bulirnya mengenai rambutku dan meresap ke kulit kepalaku. Mungkin hanya kesegaran, tetapi itu begitu berharga bukan saja karna teriknya mentari, tapi juga karena mendinginkan panasnya otakku"

Tapi setelah dipikir-pikir, dan kemudian dipikir berulang kali lagi olehnya, ternyata alasan itu adalah alasan seorang lelaki melankolis konyol nan naif. Itu bukan alasan karena tetap saja ia masih sering kali berusaha menghindari hujan. Tapi ada sesuatu yang tak bisa dirumuskannya sehingga ia enggan memakai payung ketika hujan. Apa itu?

ternyata itu adalah sebuah obsesi yang terpendam dan dibawa dari masa kecilnya. Dahulu sewaktu hujan datang dan ia ingin sekali bermandikan hujan, ternyata niat itu dilarang ibunya. Walhasil ia hanya dapat menatap dan meratap hujan dari balik jendela kaca dan menikmati setiap rintiknya. Sesekali orang lewat dari depan rumahnya dengan mengenakan payung dan ia berkata dalam hati "kenapa harus pakai payung? bukankah begitu menyenangkannya bermain hujan-hujanan?" Dan obsesi waktu kecil itu terbawa sampai sekarang sehingga ada sebuah dorongan bawah sadar, semacam arketip yang memaksanya untuk tidak memakai payung.

Lantas begitu saja disetiap kali bepergian ia tidak pernah membawa payung. Begitu hujan datang, ia tetap berjalan dengan tenang, semakin lama semakin lebat sehingga ia harus berlindung dibawah kemeja atau kaosnya yang digunakan untuk menutupi kepala. Basah-basah dan membuncah, dan jika aliran hujan semakin deras dan tak tertahankan, mau tak mau ia harus singgah dulu di kaki lima kedai-kedai kelontong di pinggir jalan, di warung kopi, atau dimana saja yang dapat menahan hujan sampai sedikit mereda.

Tetapi, beberapa pengalaman menuntutnya untuk keluar dari kesenangannya berjalan meresapi hujan. Dan beberapa kepentingan mengharuskannya untuk melupakan kegembiraannya berlari-lari di tengah lebatnya hujan. Apalagi saat-saat musim hujan seperti sekarang ini. Ia tidak mungkin terus-menerus menunggu hujan mereda sambil nongkrong di warung kopi sementara sebentar lagi kuliah akan dimulai. Dan apabila nekat menerobos hujan, ia akan basah kuyup dan bisa-bisa jadi bahan pembicaraan bahkan menjadi bahan tertawaan teman-teman kelasnya (dan tentu saja ia tidak suka dijadikan sebagai bahan pembicaraan apalagi bahan tertawaan) Dan juga kepentingan-kepentingan lainnya, harus kesini, harus kesitu (katanya juga ia sangat senang bepergian, kemanapun itu setidaknya tidak duduk melongo dikost-an) harus ngerjain ini, ngerjain itu atau hanya sekedar berjalan-jalan.

Dan akhirnya, ia memutuskan untuk membeli sebuah payung berwarna ungu, dengan harga lima belas ribu. Akhirnya, ia memiliki payung juga setelah sekian lama. Ditatapinya payung itu "hmm..berwarna ungu"

Esoknya ia terlihat berjalan-melenggang di tengah lebat hujan sambil ’berasap-asap ria’. Wah sepertinya ia tetap merasa senang meskipun tidak terkena hujan. Setidaknya ia masih berada di tengah-tengah hujan yang dibawa dari masa kecilnya dan tetap tanpa resiko harus kebasahan. Tetapi ada sebuah pertanyaan, kenapa harus ungu?? kenapa?apakah itu hanya sebuah kebetulan? Wah sepertinya gak penting dibahas..


Gambar diambil dari :

http://blumoonart.wordpress.com/files/2006/09/purpleumbrella3.jpg&imgrefurl

http://www.hansongallerycarmel.com/artists/peter_max/umbrella/index_html/fullsize_jpg

Labels:

“ Lelaki berpayung ungu ”

  1. Blogger Edwards Says:

    Jadi sekarang lelaki udah boleh pake payung ya?

  2. Blogger ismansyah Says:

    huhuhuhu...